Jasa Ekspedisi Samarinda Badung
Jasa ekspedisi samarinda badung telah lama menjadi penyangga perputaran ekonomi dan bisnis di kedua wilayah ini. NAKULLE sebagai penyedia jasa ekspedisi terbaik di Indonesia telah berhasil menghubungkan kota Samarinda dengan sector hasil bumi dan industry yang potensial dengan wilayah Badung yang memiliki sector pariwisata dan industry kreatif yang berkembang pesat.

Jasa ekspedisi samarinda badung yang dioperasikan oleh NAKULLE bisa digunakan untuk mengirimkan logistic dan kargo hasil bumi, material industry, bahan pokok rumah tangga, hasil produk UMKM, kendaraan, aksesoris, material bangunan, dan masih banyak lainnya sesuai dengan kebutuhan customer.
Jasa ekspedisi samarinda badung yang dikelola oleh NAKULLE telah mendapatkan tempat istimewa di hati masyarkat setempat. Bagaimana tidak, Meskipun memiliki rute yang cukup jauh dan situasi pandemic seperti sekarang ini, NAKULLE dengan tim yang berpengalaman dan professional tetap memberikan pelayanan prima yang aman, cepat, dan tentunya dengan harga yang terjangkau.
Sebagai tambahan informasi, tidak lengkap rasanya jika dalam artikel ini kita juga akan membahas dua daerah yang berhasil dihubungkan oleh NAKULLE, Kota Samarinda dan Kabupaten Badung.
Samarinda sendiri adalah ibu kota provinsi Kalimantan Timur dan samarinda merupakan kota dengan penduduk terbesar di seluruh Pulau Kalimantan dengan jumlah penduduk sekitar 812,597 jiwa.
Kota Samarinda memiliki 10 kecamatan dan 59 kelurahan dengan kode pos 75111 hingga 75253. Kecamatan Samarinda Utara merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar dengan luas wilayah lebih dari 31 persen luas Kota Samarinda, sedangkan Kecamatan Samarinda Kota merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil.
Nah, setelah mendapat informasi terkait Samarinda, sekarang kita akan membahas mengenai Kabupaten Badung.
Kabupaten Badung adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali, Indonesia. Daerah ini yang juga meliputi Kuta dan Nusa Dua adalah sebuah objek wisata yang terkenal. Ibu kotanya berada di Mangupura, dahulu berada di Denpasar. Pada tahun 1999 terjadi kerusuhan besar di mana Kantor Bupati Badung di kawasan Lumintang, Dauh Puri Kaja, Denpasar dibakar sampai rata dengan tanah. Kini bekas ibukota Kabupaten Badung telah menjadi Gedung Sewaka Dharma, Kantor Camat Denpasar Utara, Lapangan Lumintang, serta Taman Kota Denpasar.
Kabupaten Badung saat ini dipimpin oleh seorang Bupati yang saat ini dijabat oleh I Nyoman Giri Prasta, dan sebagai Wakil Bupati yaitu I Ketut Suiasa. Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang meliputi kantor bupati, kantor DPRD, kantor dinas, gedung kesenian dan perpustakaan kini berlokasi di Pusat Pemerintahan (Puspem) Mangupraja Mandala Kabupaten Badung, di Mangupura.
Kabupaten Badung berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Kabupaten Tabanan di barat dan Kabupaten Bangli, Gianyar serta kota Denpasar di sebelah timur. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 418.52 Km2 dan total populasi sebanyak 548.191 Jiwa pada tahun 2020.
Kabupaten Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan pada akhir abad ke-18. Dengan memiliki keris dan cemeti pusaka, Ia dapat menundukkan Kerajaan Mengwi dan Jembrana hingga tahun 1810, sampai ia akhirnya diganti oleh 2 orang raja berikutnya. Kematiannya seolah sudah diatur oleh penerusnya, barangkali saudaranya, Raja Kesiman, yang kemudian memerintah dan mencapai puncaknya tahun 1829-1863. Kerajaan ini dipengaruhi oleh kekuatan dari luar Bali dan menggantungkan harapan kepada Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu.
Pada tahun 1904, sebuah kapal China berbendera Belanda bernama “Sri Komala” kandas di pantai Sanur. Pihak pemerintah Belanda menuduh masyarakat setempat melucuti, merusak, dan merampas isi kapal dan menuntut kepada raja atas segala kerusakan itu sebesar 3.000 mata uang perak dan menghukum orang-orang yang merusak kapal. Penolakan raja atas tuduhan dan pembayaran kompensasi itu menyebabkan pemerintah Belanda mempersiapkan expedisi militernya yang ke-6 ke Bali pada tanggal 20 September 1906. Tiga batalyon infantri dan 2 batalyon pasukan artileri segera mendarat dan menyerang Kerajaan Badung.
Setelah menyerang Badung, Belanda menyerbu kota Denpasar, hingga mencapai pintu gerbang kota, mereka belum mendapatkan perlawanan yang berarti. Namun tiba-tiba mereka disambut oleh sekelompok orang berpakaian serba putih, siap melakukan “perang puputan” (mati berperang sampai titik darah terakhir). Dipimpin oleh raja, para pendeta, pengawal, sanak saudara, laki-laki perempuan menghiasi diri dengan batu permata dan berpakaian perang keluar menuju tengah-tengah medan pertempuran. Puputan dilakukan sesuai ajaran agama Hindu Bali saat itu bahwa tujuan ksatria adalah mati di medan perang sehingga arwah dapat masuk langsung ke surga. Menyerah dan mati dalam pengasingan adalah hal yang paling memalukan.
Raja Badung beserta laskarnya yang dengan gagah berani dan tidak kenal menyerah serta memilih melakukan perang puputan akhirnya gugur demi mempertahankan kedaulatan dan kehormatan rakyat Badung.
Pada tahun 1914, Belanda mengganti pasukan tentara dengan kepolisian sambil melakukan reorganisasi pemerintahan. Beberapa raja dicabuti hak politiknya, tetapi mereka tetap menjaga nilai kebudayaan dan raja pun masih berpengaruh kuat. Kota Denpasar yang terdiri dari 3 kecamatan merupakan bagian dari Kabupaten Badung, sebelum ditetapkan sebagai Kota Madya pada tanggal 27 Februari 1993.
Kabupaten Badung terdiri dari 6 kecamatan, 16 kelurahan dan 46 desa. 6 Kecamatan ini diantaranya kecamatan Abiansemal, Kuta, Kuta Selatan, Kuta Utara, Mengwi, dan Petang. Kabupaten ini sangat mengandalkan sector pariwisata, industry kreatif, dan hasil bumi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya.
Artikel ini resmi ditulis oleh tim marketing Nakulle.id