Jasa Ekspedisi Samarinda Biak

Jasa ekspedisi samarinda biak merupakan perkembangan dari rute-rute NAKULLE di kawasan Papua. NAKULLE sendiri telah menjadi layanan pengiriman logistik dan kargo yang memiliki nama besar di kawasan Indonesia Timur.

Jasa ekspedisi samarinda biak memiliki jarak tempuh yang cukup lama, ekstrem, dan penuh dengan resiko pengiriman. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa masih jarang jasa ekspedisi yang membuka rute ke kawasan Indonesia timur, seperti kota Biak di provinsi Papua. Namun, semua itu bukan halangan bagi NAKULLE yang telah memiliki pengalaman dan tim yang profesional.

Jasa ekspedisi samarinda biak yang dikelola oleh NAKULLE telah mampu memberikan excellent service kepada para customer. Dengan prinsip RACOF (Ramah dan sopan, Aman, Cepat, Ongkos yang adil, dan Fast respon) yang diterapkan, saat ini NAKULLE berhasil menguasai pasar ekspedisi di kawasan Indonesia Timur.

Ada beberapa alasan mengapa NAKULLE membuka rute Samarinda- Biak, salah satunya karena Biak memiliki posisi strategis sebagai jalur transit pelayaran kapal-kapal besar berskala Nasional hingga International.

Biak sendiri adalah pulau kecil yang terletak di Teluk Cendrawasih dekat sebelah utara pesisir Provinsi Papua, Indonesia. Posisi Biak berada di sebelah barat laut Papua Nugini. Kota ini adalah pulau terbesar di antara rantai kepulauan kecil, serta mempunyai banyak atol dan terumbu karang.

Pada waktu pemerintah Belanda berkuasa di daerah Papua hingga awal tahun 1960-an, nama yang dipakai untuk menamai Kepulauan Biak-Numfor adalah Schouten Eilanden. Nama ini adalah nama orang Eropa pertama berkebangsaan Belanda yang mengunjungi daerah Biak pada awal abad ke 17.

Nama-nama lain yang sering dijumpai dalam laporan-laporan tua untuk penduduk dan daerah kepuluan ini adalah Numfor atau Wiak. Fonem “W” pada kata wiak sebenarnya berasal dari fonem “V” yang kemudian berubah menjadi “B” sehingga muncullah kata biak seperti yang digunakan sekarang.

Dua nama terakhir itulah kemudian digabungkan menjadi satu nama yaitu Biak-Numfor, dengan tanda garis mendatar di antara dua kata itu sebagai tanda penghubung antara dua kata tersebut, yang dipakai secara resmi untuk menamakan daerah dan penduduk yang mendiami pulau-pulau yang terletak di sebelah utara Teluk Cenderawasih itu.

Dalam percakapan sehari-hari orang hanya menggunakan nama Biak saja yang mengandung pengertian yang sama juga dengan yang disebutkan di atas. Tentang asal-usul nama serta arti kata tersebut ada beberapa pendapat. Pertama ialah bahwa nama Biak yang berasal dari kata v`iak itu yang pada mulanya merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedalaman pulau-pulau tersebut. Kata tersebut mengandung pengertian orang-orang yang tinggal di dalam hutan, orang-orang yang tidak pandai kelautan, seperti misalnya tidak cakap menangkap ikan di laut, tidak pandai berlayar di laut dan menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain. Nama tersebut diberikan oleh penduduk pesisir pulau-pulau itu yang memang mempunyai kemahiran tinggi dalam hal-hal kelautan. Sungguhpun nama tersebut pada mulanya mengandung pengertian menghina golongan penduduk tertentu, nama itulah kemudian diterima dan dipakai sebagai nama resmi untuk penduduk dan daerah tersebut.

Pendapat lain, berasal dari keterangan cerita lisan rakyat berupa mite, yang menceritakan bahwa nama itu berasal dari warga klen Burdam yang meninggalkan Pulau Biak akibat pertengkaran mereka dengan warga klen Mandowen. Menurut mite itu, warga klen Burdam memutuskan berangkat meninggalkan Pulau Warmambo (nama asli Pulau Biak) untuk menetap di suatu tempat yang letaknya jauh sehingga Pulau Warmambo hilang dari pandangan mata. Demikianlah mereka berangkat, tetapi setiap kali mereka menoleh ke belakang mereka melihat Pulau Warmambo nampak di atas permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan mereka berkata, v`iak wer`, atau `v`iak`, artinya ia muncul lagi. Kata v`iak inilah yang kemudian dipakai oleh mereka yang pergi untuk menamakan Pulau Warmambo dan hingga sekarang nama itulah yang tetap dipakai (Kamma 1978:29-33).

Kata Biak secara resmi dipakai sebagai nama untuk menyebut daerah dan penduduknya yaitu pada saat dibentuknya lembaga Kainkain Karkara Biak pada tahun 1947 (De Bruijn 1965:87). Lembaga tersebut merupakan pengembangan dari lembaga adat kainkain karkara mnu yaitu suatu lembaga adat yang mempunyai fungsi mengatur kehidupan bersama dalam suatu komnunitas yang disebut mnu atau kampung.

Pada zaman dahulu, Pulau Biak sebenarnya termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore yang membaginya menjadi 9 distrik (uli siwa). Sebagai sebuah pulau, Biak memiliki iklim hutan hujan tropis dengan suhu yang hampir sama sepanjang tahun. Suhu rata-rata tahunan di kota ini adalah 26 °C (79 °F), yang juga umumnya suhu rata-rata setiap hari di Biak. Kota ini mengalami jumlah yang baik dari curah hujan di setiap bulan sepanjang tahun, rata-rata sekitar 2816 milimeter (110,9 in) presipitasi per tahun. Bulan terkeringnya adalah November, rata-rata sedikit di bawah 200 milimeter (7,9 in) hujan per bulan.

Luas keseluruhan Kabupaten Biak Numfor adalah sekitar 15.124 km2 yang terdiri dari luas daratan 2.602 km2 dan luas lautan 12.522 km2. Area ini sudah mencakup 19 Wilayah Distrik, 185 Kampung, dan 14 Kelurahan serta 63 Kampung Persiapan.

Adapun distrik yang terluas adalah Distrik Biak barat dan Biak Timur.Distrik Biak Barat mencapai seluas 543 Km2 atau sama dengan 17.35% dari luas Kabupaten Biak Numfor serta luas distrik Biak Timur mencapai 436 Km2 atau 13.93% dari luas Kabupaten Biak Numfor.

Kabupaten Biak merupakan gugusan pulau yang berada di sebelah utara daratan papua dan berseberangan langsung dengan Samudera Pasifik. Posisi ini menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu tempat yang strategis dan penting untuk berhubungan dengan dunia luar terutama negara-negara di kawasan Pasifik, Australia atau Philipina. Letak geografis ini memberikan kenyataan bahwa posisinya sangat strategis untuk membangun kawasan industri, termasuk industri Pariwisata.

Artikel ini resmi ditulis oleh tim marketing Nakulle.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *