Jasa Ekspedisi Samarinda Nabire
Jasa Ekspedisi Samarinda Nabire merupakan salah satu rute terjauh yang dilayani oleh NAKULLE sebagai penyedia jasa pengiriman logistic dan kargo di Indonesia. Melayani hingga ujung Negeri, NAKULLE bertekad menjadi solusi jasa pengiriman yang aman, cepat, dan bertanggung jawab.
Jasa Ekspedisi Samarinda Nabire telah menjadi salah satu rute primadona yang dikelola oleh NAKULLE. Hal ini dikarenakan pembangunan infrastruktur di dua kawasan tersebut terus dikembangkan guna mendorong terwujudnya kesejahteraan masyarakat setempat.
Jasa Ekspedisi Samarinda Nabire sering digunakan untuk melayani pengiriman bahan pokok rumah tangga, produk UMKM, atau kebutuhan industry di Samarinda dan Nabire.
Samarinda sendiri memiliki wilayah seluas 718 km² dengan kondisi geografi daerah berbukit dengan ketinggian bervariasi dari 10 sampai 200 meter dari permukaan laut. Kota ini dibelah oleh Sungai Mahakam dan menjadi gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur melalui jalur sungai, darat maupun udara. Dengan luas wilayah yang hanya sebesar 0,56 persen dari luas Provinsi Kalimantan Timur, Kota Samarinda merupakan wilayah terkecil ketiga setelah Kota Bontang dan Kota Balikpapan. Ditinjau berdasarkan batas wilayahnya, Kota Samarinda seluruhnya dikelilingi oleh Kabupaten Kutai Kartanegara.
Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Pada abad ke-13 Masehi (tahun 1201–1300), sebelum dikenalnya nama Samarinda, sudah ada perkampungan penduduk di enam lokasi yaitu Pulau Atas, Karangasan (Karang Asam), Karamumus (Karang Mumus), Luah Bakung (Loa Bakung), Sembuyutan (Sambutan) dan Mangkupelas (Mangkupalas). Penyebutan enam kampung di atas tercantum dalam manuskrip surat Salasilah Raja Kutai Kartanegara yang ditulis oleh Khatib Muhammad Tahir pada 30 Rabiul Awal 1265 H (24 Februari 1849 M).
Pada tahun 1565, terjadi migrasi suku Banjar dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur. Ketika itu rombongan Banjar dari Amuntai di bawah pimpinan Aria Manau dari Kerajaan Kuripan (Hindu) merintis berdirinya Kerajaan Sadurangas (Pasir Balengkong) di daerah Paser. Selanjutnya suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di dalamnya meliputi kawasan di daerah yang sekarang disebut Samarinda.
Mengenai asal mula nama Samarinda, tradisi lisan penduduk Samarinda menyebutkan, asal-usul nama Samarendah dilatarbelakangi oleh posisi sama rendahnya permukaan Sungai Mahakam dengan pesisir daratan kota yang membentenginya. Tempo dulu, setiap kali air sungai pasang, kawasan tepian kota selalu tenggelam. Selanjutnya, tepian Mahakam mengalami pengurukan/penimbunan berkali-kali hingga kini bertambah 2 meter dari ketinggian semula.
Oemar Dachlan mengungkapkan, asal kata “sama randah” dari bahasa Banjar karena permukaan tanah yang tetap rendah, tidak bergerak, bukan permukaan sungai yang airnya naik-turun. Ini disebabkan jika patokannya sungai, maka istilahnya adalah “sama tinggi”, bukan “sama rendah”. Sebutan “sama-randah” inilah yang mula-mula disematkan sebagai nama lokasi yang terletak di pinggir sungai Mahakam. Lama-kelamaan nama tersebut berkembang menjadi sebuah lafal yang melodius: “Samarinda”.
Dengan luas wilayah 718 km², Samarinda terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 0°21’81″–1°09’16” LS dan 116°15’16″–117°24’16” BT. Kota Samarinda memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara
Timur : Kecamatan Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Selatan : Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara
Barat : Kecamatan Tenggarong Seberang dan Muara Badak di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kota Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun. Temperatur udara antara 20 °C – 34 °C dengan curah hujan rata-rata per tahun 1980 mm, sedangkan kelembaban udara rata-rata 85%. Bulan terdingin terjadi pada bulan Januari dan Februari, sedangkan bulan terpanas terjadi pada bulan April dan Oktober. Berikut ini adalah tabel kondisi cuaca rata-rata di wilayah kota Samarinda dan sekitarnya.
Setelah membahas secara detail kota Samarinda, kurang seru rasanya jiia kita tidak membas kota Nabire sebagai salah satu rute pengiriman logistic dan kargo NAKULLE. Nabire adalah sebuah distrik sekaligus ibu kota Kabupaten Nabire, provinsi Papua, Indonesia. Distrik Nabire memiliki luas wilayah 127,00 km² dengan jumlah penduduk pada tahun 2020 sekitar 101.645 jiwa, dan kepadatan penduduk 80,35 jiwa/km². Sementara ibukota distrik Nabire, berada di kelurahan Karang Mulia.
Pemerintahan Distrik Nabire memiliki 13 (tiga belas) kelurahan, terdiri dari 9 Kelurahan dan 10 Kampung berkategori swasembada dan 3 kampung swakarya. Dari 13 kelurahan kampung tersebut terdiri dari 32 rukun warga, 202 rukun tetangga dan 3 dusun.
Menurut versi suku Yerisyam, Nabire berasal dari kata “Navirei” yang artinya daerah ketinggalan atau daerah yang ditinggalkan. Penyebutan Navirei muncul sebagai nama suatu tempat pada saat diadakannya pesta pendamain ganti daerah antara suku Hegure dan Yerisyam.
Pengucapan Navirei kemudian berubah menjadi Nabire yang secara resmi dipakai untuk memberi nama daerah ini oleh Bupati pertama yaitu Bapak AKBP. Drs. Surojotanojo, SH (Alm). Versi lain Suku ini bahwa Nabire berasal dari Na Wyere yang artinya daerah kehilangan. Pengertian ini berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang menyerang penduduk setempat, sehingga banyak yang meninggalkan Nabire kembali ke kampungnya dan Nabire menjadi sepi lambat laun penyebutan Na Wyere menjadi Nabire.
Hadirnya NAKULLE sebagai referensi terbaik jasa pengiriman Samarinda dan Nabire tentu akan berdampak positive terhadap pertumbuhan ekonomi dan bisnis masyarakat setempat.
Artikel ini resmi ditulis oleh tim marketing Nakulle.id