Jasa Ekspedisi Tarakan Gorontalo
Jasa ekspedisi tarakan gorontalo memiliki kontribusi yang sangat besar dalam membangun sektor UMKM, perdagangan, hingga industry dalam skala besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa di era pandemi covid 19 seperti sekarang ini, jasa ekspedisi memegang peran strategis untuk menjaga perputaran ekonomi di wilayah tersebut.
Jasa ekspedisi tarakan gorontalo memiliki akses yang cukup jauh karena dipisahkan oleh lautan lepas. Namun, itu semua bukanlah halangan berarti bagi NAKULLE sebagai salah satu penyedia jasa ekspedisi logistik dan kargo terbesar dan terbaik di Indonesia.
Jasa ekspedisi tarakan gorontalo bisa digunakan untuk melakukan pengiriman berupa hasil pertanian, perkebunan, kendaraan, bahan pokok rumah tangga, material bangunan, material industri, produk UMKM, dan lain sebagainya tergantung kebutuhan customer.
Untuk menggunakan layanan NAKULLE rute tarakan – gorontalo, anda cukup menghubungi dan konsultasikan kebutuhan pengiriman anda kepada tim customer service NAKULLE di nomor whatsapp / call 0812-4342-5077.
Sebagai tambahan informasi, dalam artikel ini kita akan membahas dua daerah yang berhasil dihubungkan oleh NAKULLE, yakni kota Tarakan dan kota Gotontalo.
Kota Tarakan adalah sebuah kota di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia dan juga merupakan kota terbesar di Kalimantan Utara. Kota ini memiliki luas wilayah 677,53 km² dan sesuai dengan data Badan Pusat Statistik 2021, kota Tarakan berpenduduk sebanyak 242.786 jiwa pada tahun 2020.
Kota Tarakan terdiri dari 4 kecamatan dan 20 kelurahan. 4 kecamatan tersebut diantaranya kecamatan Tarakan Barat, Tarakan Tengah, Tarakan Barat, dan Tarakan Utara.
Berdasarkan sejarah, kota Tarakan terbagi dalam 4 fase yang mempengaruhi Tarakan hingga saat ini. Pertama adalah fase kerajaan Tidung. Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di Kalimantan Utara, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu. Sebelumnya terdapat dua kerajaan di kawasan ini, selain Kerajaan Tidung, terdapat pula Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas.
Kedua adalah fase Dinasti Tengara, Dinasti Tengara bermulai pada tahun 1557-1916 Masehi, dinasti ini pertama kali dipimpin oleh Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet pada tahun 1557 Masehi dan berakhir pada saat dipimpin oleh Datoe Adil pada tahun 1916, Dinasti Tengara berlokasi di kawasan Pamusian, Tarakan Tengah.
Ketiga adalah fase Hindia Belanda, Ketenangan masyarakat setempat agak terganggu ketika pada tahun 1896, sebuah perusahaan perminyakan Belanda, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukan adanya sumber minyak di pulau ini. Banyak tenaga kerja didatangkan terutama dari pulau jawa seiring dengan meningkatnya kegiatan pengeboran.
Keempat adalah fase pendudukan Jepang, Mendapatkan ladang minyak Tarakan adalah satu tujuan awal Jepang selama Perang Pasifik. Jepang menyerang Tarakan pada tanggal 11 Januari 1942 dan mengalahkan garnisun Belanda yang kecil dalam pertempuran yang berlangsung selama 2 hari di mana separuh pasukan Belanda gugur.
Kelima adalah fase kemerdekaan, Letak dan posisi yang strategis telah mampu menjadikan Tarakan sebagai salah satu sentra industri di wilayah Provinsi Kalimantan Timur bagian utara sehingga pemerintah perlu untuk meningkatkan statusnya menjadi Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981.
Nah, setelah mendapat informasi yang detail terkait Tarakan, sekarang kita akan membahas kota Gorontalo.
Kota Gorontalo (Bahasa Gorontalo: Hulontalo, transliterasi: Kota Hulontalo) merupakan Ibu kota Provinsi Gorontalo, Indonesia. Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar dan Manado, serta merupakan kota terbesar di kawasan Teluk Tomini. Dalam catatan sejarah, Semenanjung Gorontalo secara umum dan Kota Gorontalo secara khusus merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Indonesia Timur yaitu selain Ternate, dan Bone.
Pada perkembangannya, pengaruh besar Kota Gorontalo sebagai pusat pendidikan, jasa dan perdagangan pun dirasakan masyarakat luas mulai dari wilayah Bolaang Mongondow, Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala, Palu bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara dan Timur Indonesia (Ambon, Maluku). Kota ini memiliki luas wilayah 79,03 km² (0,65% dari luas Provinsi Gorontalo) dan pada tahun 2018, Kota Gorontalo memiliki penduduk sebanyak 210.882 jiwa. Kota Gorontalo terdiri dari 50 kelurahan dan 9 kecamatan, diantaranya kecamatan Dumbo raya, Dungingi, Hulonthalangi, Kota Barat, Kota Selatan, Kota Timur, Kota Tengah, Kota Utara, dan Sipatana.
Kota ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0–500 m di atas permukaan laut. Kota Gorontalo menempati satu lembah yang sangat luas yang membentang dari wilayah Kabupaten Bone Bolango hingga Kabupaten Gorontalo. Wilayah pinggiran pantainya berupa perbukitan yang tersusun dari batuan Karst termasuk yang berbatasan dengan pantai yang berada di Teluk Tomini.
Menurut catatan “Hikayat Gorontalo”, daerah yang selama ini kita kenal dengan istilah “Semenanjung Gorontalo” yang ada sekarang ini berasal dari sebuah pulau. Lama-kelamaan, air laut di sekitar pulau itu pun surut dan pada akhirnya muncul tiga gunung, yang salah satunya adalah gunung Tilongkabila. Adapun sebuah lembah di sebelah selatan Gunung Tilongkabila tersebut dicatat dalam sejarah sebagai wilayah yang bernama Hulontalangi, sebuah lembah yang kemudian hari dikenal sebagai daerah Hulontalo atau Gorontalo, yang juga merupakan cikal bakal wilayah Kota Gorontalo.
Kata Gorontalo sendiri pada dasarnya berasal dari kata Hulontalo dalam bahasa Gorontalo. Hulontalo itu sendiri berasal dari kata dasar Hulontalangi, sebuah nama salah satu Kerajaan di Gorontalo. Masyarakat Gorontalo memiliki falsafah “Adati hula-hula’a to Sara’a, Sara’a hula-hula’a to Kuru’ani” yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi “Adat Bersendikan Syara’, dan Syara’ Bersendikan Kitabullah”. Falsafah ini menjadi pandangan hidup masyarakat Gorontalo yang memadukan antara agama, adat istiadat dan alam sekitarnya.